Hilang Dari Radar

 


Kita sudah tiada, dalam radar yang kita pakai untuk menjelajah. Semuanya kini sudah sirna, bagaikan negara yang terkena genosida.

Sering kali aku coba mencerna segala rasa sakit yang terkesan hina. Karena kau pergi dengan kata-kata yang seperti makian semata. 

Kini aku berusaha terbiasa. Menjalani semuanya sendirian saja. Melakukan apapun yang diinginkan jiwa yang meronta-ronta.

Beberapa orang melihat diriku seperti merana dan mereka merasa iba. Ya biarlah, hidup memanglah berwarna, namun jua sesekali gelap gulita. Suatu saat nanti akan ada cahaya, yang menerangi sekitarnya. Kau sendiri akan merasakan juga.

Mungkin waktu kita berpisah telah tiba. Menghilangkan kita dari radar jelajah. Seperti maut yang tiba dan menghilangkan nyawa, kita juga. 

Meski kau telah tiada dalam radar pencarianku. Tapi mengingatmu lebih gampang dari melupakanmu. Seharusnya aku tak pernah menulis tentangmu. Merakit setiap kata-kata yang mewakilkan dirimu. Kata-kata indah yang mudah berlalu. Seperti, pantai yang tercium oleh awan bertumpu, seolah mereka bertemu, bergabung menjadi satu. Mereka menggambarkan kemesraan kita kala itu, seolah tidak akan pernah berseteru.Kini laut dan awan itu tetap bersatu. Sementara kita telah lama acuh tak acuh.

Tapi yang malah aku lalukan, menulis kata per kata secara bergantian, menjahitnya menjadi pakaian, dan mengenakannya seharian.

Meski di dalam radarku kau tidak terdeteksi, namun bayangmu masih ada dalam sanubari. Seolah-olah kau hidup disini, bagian dalam diri yang mudah tersakiti, iya hati. 

Semua tabib menyuruhku untuk melupakan, melakukan pembaharuan. Nyatanya radar sudah tergantikan, namun titik kecilmu tetap ada dalam pencarian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semua yang Kamu Miliki (SKM)

Sang Gadis dan Coklat Favoritnya

Wedang Jahe (Wes ora usah begaDang, Jare pengen sehat Hehe)